Kamis, 06 November 2014

5 November 2014. 23.05

Sudah buntu untuk menjadi rasional, mencari celah-celah tapi tidak menemukan.
Dia tidak pernah berjanji apapun. Lalu mengapa kau merasa dilanggar?. Dia menikmati hidupnya. Sudah titik.

Dia tidak melihatmu. Hidupnya lebih penting daripada harus bercampur urusan denganmu. Silahkan saja speak up, tidak akan pernah dia tidak mendengar. Dia mendengarmu, hanya mendengar. Tidak masuk merasuk jadi dirimu. Tidak usah merusak cara orang berbahagia. Jangan pernah menjadi benalu akan keindahan warna-warni kehidupan. Nikmati saja...

Selalu merasa hanya satu cara yang saya bisa, mematikan kemampuan sendiri.
Tidak ada yang perlu dikurangi, terlalu menggandeng emosi.....
Mungkin saja saya bisa menjadi hasil dari sesuatu yang sedang diajar, dan mungkin kemunafikan akan ikut serta.

Munafik...

Saya benar-benar munafik. Saya merasa munafik ketika saya seperti itu, dan menyalahkan diri saya ketika saya seperti ini. Kenapa saya harus menyalahkan sisi yang saya punya? Sisi penuh kenaturalan.
Ketika saya menyalahkan diri saya... Lalu berfikir sejenak. Haruskah saya yang salah? Haruskah saya yang seperti ini (terus)?
Silahkan jahat.... Tapi tolong untuk kreatif. Saya hanya jenuh dengan persoalan yang sama. Berikan saya persoalan lain. Saya hanya ingin berkembang.

Tidak,saya bohong....

Saya tidak ingin persoalan.

Saya hanya ingin menikmati apa yang saya rasakan dan apa yang saya punya, tanpa ingin diusik, saya tidak suka diusik sembari bernikmat. Saya hanya sedang bernikmat, tidakkah itu terlihat jelas?

Tidakkah saya belajar dari pengalaman? Ya memang tidak bisa, jangan paksa saya. Pengalaman tidak selamanya menjadi media.
Selalu ada subjek subjek baru diantara subjek yang sudah hampir terselesaikan. Tidakah berfikir bagaimana susahnya saya melapangkan? Tidakkah berfikir saya memunafikan untuk menjadi lapang? Tidakkah berfikir itu sulit?
Saya tidak mau diajar dengan cara seperti ini.
Saya sudah pintar. Mengertilah......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar